Ironi Digital Indonesia Lama Online Tinggi, Literasi Digital Rendah

Ironi Digital Indonesia

Ironi Digital Indonesia sebagai salah satu negara dengan pengguna internet paling aktif di dunia. Survei terbaru menunjukkan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan lebih dari 8 jam sehari online—angka yang jauh di atas rata-rata global. Namun, di balik tingginya waktu online ini, terdapat fakta mencemaskan: literasi digital masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Apa yang menyebabkan ketimpangan ini, dan bagaimana cara mengatasinya? Mari kita telaah bersama.


1. Tingginya Lama Online Masyarakat Indonesia

Indonesia memiliki sekitar 210 juta pengguna internet, dengan media sosial menjadi aktivitas utama. Platform seperti TikTok, Instagram, dan WhatsApp mendominasi waktu online masyarakat, baik untuk hiburan, komunikasi, maupun bisnis.

Fakta Penting:

  • 43% dari total waktu online digunakan untuk media sosial.
  • Akses internet juga meningkat di pedesaan, berkat perluasan infrastruktur digital.
  • Penggunaan aplikasi berbasis video seperti TikTok dan YouTube terus meningkat, terutama di kalangan anak muda.

Tingginya waktu online ini menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap teknologi digital. Sayangnya, aksesibilitas ini tidak selalu dibarengi dengan pemahaman yang mendalam tentang cara menggunakan internet secara bijak.


2. Rendahnya Literasi Digital: Sebuah Tantangan Besar

Literasi digital adalah kemampuan memahami, menggunakan, dan mengevaluasi informasi di dunia digital secara kritis. Meski lama online tinggi, Indonesia menghadapi sejumlah tantangan dalam hal ini:

a. Mudah Terjebak Hoaks
Menurut laporan Kementerian Komunikasi dan Informatika, lebih dari 60% masyarakat Indonesia kesulitan membedakan antara berita benar dan hoaks. Media sosial sering kali menjadi medium utama penyebaran informasi palsu.

b. Ketergantungan pada Konten Hiburan
Sebagian besar waktu online masyarakat dihabiskan untuk hiburan, seperti menonton video atau bermain game, dibandingkan belajar atau meningkatkan keterampilan digital.

c. Kurangnya Pendidikan Digital
Hanya sedikit institusi pendidikan yang memasukkan literasi digital ke dalam kurikulum. Akibatnya, banyak orang tidak memahami konsep dasar seperti privasi data, keamanan siber, atau etika digital.

d. Kesenjangan Digital
Di beberapa daerah terpencil, meski akses internet telah tersedia, pengetahuan tentang penggunaan teknologi secara efektif masih minim.


3. Solusi untuk Meningkatkan Literasi Digital di Indonesia

Untuk menjembatani kesenjangan ini, berbagai langkah dapat diambil:

a. Edukasi Formal dan Informal
Pemerintah dan institusi pendidikan perlu memasukkan literasi digital ke dalam kurikulum sekolah, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Selain itu, program pelatihan informal seperti webinar atau workshop juga harus diperluas.

b. Kolaborasi dengan Platform Digital
Perusahaan teknologi seperti Google, Meta, dan TikTok dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk menyediakan materi edukasi tentang keamanan siber, privasi, dan cara memverifikasi informasi.

c. Kampanye Kesadaran Publik
Kampanye seperti “Cek Fakta Sebelum Sebar” dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memverifikasi informasi sebelum membagikannya.

d. Peningkatan Akses ke Konten Edukatif
Platform digital harus memperbanyak konten yang mendidik, seperti kursus online gratis, video tutorial, atau artikel informatif. Hal ini akan mendorong masyarakat untuk menggunakan internet secara produktif.

e. Komunitas Literasi Digital
Membentuk komunitas literasi digital di tingkat lokal dapat membantu masyarakat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang penggunaan internet yang bijak.


4. Manfaat Literasi Digital yang Tinggi

Jika literasi digital masyarakat meningkat, berbagai manfaat dapat di rasakan:

  • Mengurangi Hoaks: Masyarakat yang teredukasi akan lebih kritis terhadap informasi yang mereka terima.
  • Meningkatkan Produktivitas: Internet dapat di manfaatkan untuk hal-hal produktif seperti belajar keterampilan baru, berwirausaha, atau mendapatkan pekerjaan.
  • Keamanan yang Lebih Baik: Kesadaran tentang privasi dan keamanan siber akan mengurangi risiko penipuan atau kejahatan digital.
  • Partisipasi Digital yang Lebih Baik: Masyarakat dapat terlibat dalam diskusi dan aktivitas online secara positif dan konstruktif.

Kesimpulan: Meningkatkan Literasi Digital adalah Kunci

Ironi digital Indonesia—lama online tinggi namun literasi Ironi Digital Indonesia rendah—adalah tantangan yang harus segera di atasi. Dengan langkah kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan platform teknologi, kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya aktif secara digital, tetapi juga cerdas dan bertanggung jawab.

Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda menggunakan internet secara bijak dan produktif? Yuk, jadikan pengalaman online kita lebih positif dan bermanfaat!

Baca juga : Lulus dan Langsung Dicari! Ini 5 Jurusan Kuliah yang Populer di Era Digital